ASAP VS SEPAK
BOLA
"Jakarta Siaga 1 jelang final Piala Presiden, Car Free
Day normal" begitulah salah satu headline di detik.com
Jelang final piala presiden kondisi ibu kota kian memanas. Hari
minggu tepatnya tanggal 18 Oktober 2015 digelar pertandingan final sepak bola
(Piala Presiden) antara Sriwijaya Fc melawan Persib Bandung. Sejak jumat malam,
16 Oktober 2015 Polda metro jaya sudah menetapkan status Siaga 1 dikarenakan
banyaknya terjadi provokasi antara pendukung Sriwijaya Fc dan Persib Bandung.
Polda metro jaya sendiri telah menurunkan 9000 personel untuk mengamankan
pertandingan final Piala Presiden.
Disisi lain, Kalimantan, Sumatera bahkan sekarang sudah
meluas ke maluku, sulawesi hingga papua tengah terjadi kebakaran hutan yang
disebabkan oleh kesengajaan orang - orang yang tidak bertanggung jawab.
Kebakaran hutan ini sudah berlangsung hampir 3 bulan lamanya dan sudah banyak
memakan korban jiwa.Banyak wilayah yang diselimuti kabut asap. Warga berteriak
di media sosial menyuarakan kondisi mereka yang seolah kurang diperhatikan.
Warga cemburu terhadap penanganan pemerintah yang begitu sigap dengan
pertandingan sepak bola, namun seolah tutup mata dengan kondisi kabut
asap.
Disini peran pemerintah patut dipertanyakan, baik itu peran
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Penanganan "bencana" ini
cenderung sangat lamban bahkan terkesan disepelekan karena ada statement dari
menteri yang seharusnya memiliki pengetahuan yang lebih dari seorang awam bahwa
korban asap tidak perlu masker N95 tapi masker hijau biasa sudah cukup.
Pernyataan tersebut sungguh sangat menyakiti hati para korban asap dimana
mereka yang merasakan sulitnya bernafas karena udara yang sudah sangat tercemar.
Bahkan tingkat pencemaran tersebut sudah 100% lebih di ambang batas
normal.
Memang penetapan siaga satu status keamanan suatu wilayah
dengan status bencana tidaklah sama. Tapi empati terhadap warga yang berada di
wilayah kabut asap tidak boleh hilang akibat isu kerusuhan sepak bola. Masih
banyak wilayah di Indonesia yang kabut asapnya tidak bisa ditangani. Warga
khususnya yang berada di wilayah yang dilanda kabut asap wajar untuk cemburu
karena mereka berharap hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah
terhadap ibu kota.
Alangkah baiknya, dalam pertandingan Final Piala Presiden,
para supporter, pemain dan penyelenggara termasuk Presiden Jokowi melakukan
aksi simpatik minimal berdoa untuk saudara-suadara kita di Kalimantan,
Sumatera, Maluku, Sulawesi dan Papua yang sedang berjuang dalam pekatnya kabut
asap kebakaran lahan dan hutan. Momen bersejarah sepak bola ini akan berakhir
manis siapapun yang menang, bila empati dan kepedulian akan bencana kabut asap
bisa dilakukan di ajang sepak bola nasional ini.
0 comments:
Post a Comment