PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN DI INDONESIA
Pada era orde
lama, kondisi perekonomian Indonesia khususnya pada tahun-tahun pertama setelah
merdeka sangat buruk. Setelah kemerdekaan, ekonomi nasional dapat dikatakan
mengalami stagflasi yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
pendudukan Jepang, Perang Dunia II, perang revolusi, dan manajemen ekonomi
makro yang sangat buruk.
Pada masa itu
bahan–bahan pokok sangat terbatas, misalnya masyarakat harus mengantri untuk
membeli beras, defisit saldo neraca pembayaran, tingkat inflasi sangat tinggi hingga
mencapai lebih dari 500% menjelang akhir periode orde lama. Dapat dikatakan
bahwa kondisi itu semua merupakan krisis ekonomi pertama yang dialami Indonesia
sejak kemerdekaan (Tambunan, 1991).
Keadaan
perekonomian Indonesia pada zaman orde lama tersebut juga disebabkan oleh
kondisi politik di dalam negeri yang sangat tidak menentu dan sifat bermusuhan
pemerintah Indonesia dengan luar negeri khususnya negara–negara industri maju
(Barat). Keadaan bertambah buruk lagi setelah dilakukan nasionalisasi terhadap
semua perusahaan milik Belanda. Nasionalisasi perusahaan–perusahaan Belanda yang
dilakukan pada tahun 1957 dan 1958 adalah awal dari periode yang disebut
‘Ekonomi Terpimpin’ (Guided Economy).
Sistem politik
dan ekonomi Indonesia pada masa orde lama, khususnya setelah ‘Ekonomi
Terpimpin’ tersebut dicanangkan oleh Soekarno, semakin dekat dengan haluan atau
pemikiran sosialis (komunis). Keadaan itu membuat Indonesia semakin jauh dari
Amerika Serikat beserta sekutunya dan dengan sendirinya semakin sulit bagi Indonesia
untuk mendapatkan dana dari negara–negara Barat, baik dalam bentuk pinjaman,
bantuan, maupun penanaman modal asing (PMA).
DAFTAR PUSTAKA
Tambunan.
1991. Politicoeconomic History of
Indonesia. A Short Analytical Description : 1964 – 1990. A Special Issue of
Oeconomic. Rotterdam: Erasmus University.
0 comments:
Post a Comment