Friday, January 22, 2016

TULISAN 4 - TINGGINYA TINGKAT KONSUMTIF MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP BARANG IMPORT

TINGGINYA TINGKAT KONSUMTIF MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP BARANG IMPORT


Berbicara mengenai budaya konsumtif, di zaman yang super maju dalam konteks teknologi dan sarana prasarana, masyarakat seakan terbuai di dalamnya. Jika kita amati lingkungan sekitar kita khususnya di kota-kota besar segala fasilitas itu sudah tersedia. Semua kebutuhan seolah sudah tersedia untuk kita, tinggal kita mempunyai uang apa tidak untuk membeli semua itu. 

Tuntutan zaman yang semakin maju mau tak mau membuat masyarakat juga ikut mengikutinya. Karena asumsi publik mengatakan jika orang itu tidak mengikuti trendsetter maka dia akan dianggap Katrok atau ketinggalan zaman. Hal itulah yang membuat masyarakat mau tidak mau harus mengikuti pola hidup yang seperti itu. 

Menurut Prehati (2003), konsumtivisme adalah berkonsumsi dengan tidak lagi atas pilihan yang rasional berdasarkan kebutuhan, tetapi lebih memperturutkan keinginannya. Lebih jauh, dalam budaya konsumtif terjadi kerancuan-kerancuan mengenai apa yang benar-benar diperlukan dan mana yang sekadar kebutuhan semu. 

Menurut saya hampir separuh masyarakat Indonesia komsumtif akan barang import, karena jika mereka memiliki barang import atau branded mereka dapat menaikan status social. Sekarang keberadaan barang import menjadi suatu trend tersendiri dalam masyarakat yang mempunyai uang lebih. Sering kali barang import atau branded di jadikan tolak ukur dalam masyarakat, Padahal barang import atau branded tidak menjamin kualitas suatu barang. Sehingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang menjadikan hal tersebut hobi bahkan gaya hidup.

Seharusnya dengan era globalisasi yang sudah maju ini dapat memicu para pengusaha local untuk membuat banyak produk inovatif yang lebih baik kualitasnya akan tetapi memiliki harga yang terjangkau sehingga dapat bersaing bahkan melampaui produk import. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang banyak seharusnya menjadi peluang dalam memasarkan produk local, seharusnya pengusaha local juga harus mulai membentuk suatu citra produk local mereka contohnya seperti kualitas yang selalu terjamin, harga yang terjangkau dan stabil.

Source :
http://www.kompasiana.com/ike_bintank/tingginya-budaya-konsumtif-di-tengah-arus-globalisasi-matinya-budaya-produktif_55207348813311a37419f8cf


Tuesday, January 5, 2016

TUGAS 11 - PENGARUH PERUBAHAN SITUASI TERHADAP PERILAKU KONSUMEN

Pengaruh Perubahan Situasi Terhadap Perilaku Konsumen

Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) mengemukakan bahwa pengaruh situasi adalah  pengaruh yang muncul dari faktor-faktor yang sangat terkait dengan waktu dan tempat, yang tidak tergantung kepada konsumen dan karakteristik objek (produk atau merek). Mowen dan Minor (1998) mengemukakan bahwa situasi konsumen adalah faktor lingkungan sementara yang menyebabkan suatu situasi dimana perilaku konsumen muncul pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Dalam melakukan transaksi pembelian dalam perilaku konsumen, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah faktor situasi.
Contohnya saja :

  Ø  situasi kebutuhan sehari-hari.
Merupakan dimana seseorang berhadapan dengan keadaan yang membutuhkan suatu  barang produksi untuk di konsumsi. Situasi ini merupakan hal yang rutin dan terkadang sifatnya harus dipenuhi. Contohnya adalah kebutuhan pangan sehari-hari karena setiap harinya seseorang membutuhkan makan untuk bekerja, juga sandang untuk dipakai setiap harinya, dan papan untuk berteduh dan melakukan aktifitas pribadi.

  Ø  Situasi keuangan.
Situasi dimana seseorang memiliki atau tidak memiliki cukup uang untuk membeli sesuatu. Jika seseorang memiliki uang yang cukup atau bahkan lebih, maka dia dapat membeli kebutuhan dasar yang diperlukannya dan mungkin juga dapat membeli barang tambahan yang sifatnya tidak terlalu mendesak. Orang yang memiliki kondisi keuangan  berlebih juga dapat membeli barang dari mulai yang murah bahkan yang mahal. Sedangkan seseorang yang memiliki uang yang cukup bahkan kurang, haruslah memiliki daftar dari apa yang ingin dibelanjakannya agar kebutuhan dasarnya dapat dijangkau. Jika seseorang dengan keuangan yang kurang cukup tidak pintar dalam mengelola keuangannya, maka akan  berakibat fatal bagi hidupnya.
  Ø  Situasi interaksi.
Orang dalam membeli sesuatu dikarenakan kebutuhan yang diperlukannya. Tapi terkadang ada juga seseorang yang membeli suatu barang dikarenakan adanya interaksi dengan orang lain. Contohnya saja, seseorang membeli suatu barang setelah seorang sales menawarkan dan memperagakan barang yang dijualnya sehingga seseorang merasa tertarik dengan barang tersebut, terlepas dari barang tersebut diperlukan baginya ataupun berguna atau tidak baginya.

  Ø  Situasi kondisi barang produksi.
Dalam memproduksi suatu barang, produsen pastinya telah melakukan suatu riset agar  pengembangan barangnya tersebut dapat laris dipasaran. Baik dari segi promosi maupun kondisi fisik barang produksi tersebut. Seringkali para konsumen tertarik dengan kondisi dari  barang produksi tersebut, misalnya saja : adanya diskon yang cukup besar, warna kemasan yang menarik, ada promo dengan hadiah jika membeli suatu barang, maupun berbagai keringanan seperti buy 2 get 1 dan sebagai berikut.

Terlepas dari itu semua, seseorang haruslah cermat dan lebih bijaksana dalam membeli suatu barang. Jangan sampai ada kerugian yang dirasakan setelah membeli suatu barang yang dibelinya.
Pengaruh situasi konsumen adalah faktor personal dan lingkungan yang terdapat pada saat aktifitas konsumen , sehingga situasi konsumen meliputi faktor-faktor seperti berikut:

     ·         Melibatkan waktu dan tempat dalam mana aktifitas konsumen terjadi.
     ·         Mempengaruhi tindakan konsumen sperti prilaku pembelian.
     ·         Tidak termasuk karakteristik personal yang berlaku dalam jangka panjang.

      Ada lima karakteristik situasi konsumen yaitu:

     1.       Lingkungan fisik. Sarana fisik yang menggambarkan situasi konsumen yang meliputi: 
            lokasi,dekorasi, aroma, cahaya, cuaca dan objek fisik lainnya yang ada di sekeliling konsumen.
     2.       Lingkungan Sosial. Kehadiran dan ketidakhadiran orang lain pada situasi tersebut.
     3.       Waktu atau saat perilaku muncul (jam, hari, musim libur, bulan puasa, tahun baru). 
           Waktu mungkin diukur secara subjektif berdasarkan situasi konsumen, 
           misal kapan terakhir kali membeli biskuit. Arti kapan terakhir kali akan berbeda antar konsumen.
     4.       Tujuan yang ingin dicapai pada suatu situasi. Konsumen yang belanja untuk hadiah akan 
            menghadapi situasi berbeda dibandingkan belanja untuk kebutuhan sendiri.
     5.       Suasana Hati. Suasana hati atau kondisi jiwa sesaat (misalnya perasaan khawatir, tergesagesa, sedih, marah) yang dibawa pada suatu situasi. 

Tipe-tipe perilaku konsumen :

Pengambilan keputusan oleh konsumen akan berbeda menurut jenis keputusan  pembelian. Assael, seperti dikutip Kotler (2000) membedakan 4 tipe perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada tingkatan keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan diantara merek.

      1.       perilaku membeli yang rumit
Perilaku membeli yang rumit membutuhkan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dengan berusaha menyadari perbedaan-perbedaan yang jelas diantara merek-merek yang ada. Perilaku membeli ini terjadi pada waktu membeli produk-produk yang mahal, tidak sering dibeli, beresiko dan dapat mencerminkan diri pembelinya, seperti mobil, tv, pakaian , jam tangan, computer pribadi, dll.
Biasanya konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori produk dan harus  berusaha untuk mengetahuinya. Sehingga pemasar harus menyusun strategi untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang atribut produk, kepentingannya, tentang merek perusahaan dan atribut penting lainnya.

      2.       perilaku membeli untuk mengurangi ketidakcocokan
Perilaku membeli semacam ini meliputi keterlibatan yang tinggi pada konsumen menyadari hanya terdapat sedikit perbedaan di antara berbagai merek. Perilaku membeli ini terjadi untuk pembelian produk yang harganya mahal, tidak sering dibeli, beresiko dan membeli secara relative cepat karena perbedaan merek tidak terlihat.
Contoh : karpet, keramik, pipa, dll. Pembeli biasanya mempunyai respon terhadap harga atau yang memberikan kenyamanan.

      3.       perilaku membeli berdasarkan kebiasaan
Konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan, bukan berdaasarkan kesetiaan terhadap merek. Konsumen memilih produk secara berulang bukan karena merek  produk, tetapi karena mereka telah mengenal produk tersebut. Setelah membeli, mereka tidak mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk tersebut karena mereka tidak terlibat dengan produk. Perilaku ini biasanya terjadi pada produk seperti gula, garam, air mineral, dll.

      4.       perilaku membeli yang mencari keragaman
Perilaku ini memiliki keterlibatan yang rendah, namun masih terdapat perbedaan merek yang jelas. Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan. Jadi merek dalam perilaku ini bukan merupakan suatu yang mutlak. Sebagai market leader, pemasar dapat melakukan strategi seperti menjaga agar jangan sampai kehabisan stok atau dengan promosi-promosi yang dapat mengingatkan konsumen akan  produknya.

Karena sekali kehabisan stok, konsumen akan beralih ke merek lain. Apalagi para  pesaing sudah menwarkan barang dengan harga yang lebih rendah, kupon, sample dan iklan yang mengajak konsumen untuk mencoba sesuatu yang baru. Ini jelas dicermati dengan baik. Perilaku demikian biasanya terjadi pada produk-produk yang sering dibeli, harga murah dan konsumen sering mencoba merek-merek baru.

SOURCE :



TUGAS 10 - PENGARUH KELUARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

PENGARUH KELUARGA TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI

Keluarga memiliki pendapatan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga karena jumlah yang lebih banyak dari individu yang bekerja di dalam keluarga. Untuk keluarga maupun rumah tangga, keempat variabel structural yang paling memberi dampak pada keputusan pembelian dan yang demikian paling menarik bagi pemasar adalah usia kepala rumah tangga atau keluarga, status perkawinan, kehadiran anak, dan status pekerjaan.
Keluarga sama dengan perusahaan, jadi keluarga adalah organisasi yang terbentuk untuk mencapai fungsi tertentu yang lebih efektif dibandingkan individu yang hidup sendiri. Fungsi yang paling jelas bahwa dua orang dapat mencapai lebih baik daripada satu orang adalah mempunyai anak. Walaupun analisis konsumen mungkin tidak mempunyai opini mengenai apakah keluarga harus mempunyai anak atau tidak. Konsekuensi ekonomi dengan hadirnya anak menciptakan struktur permintaan akan pakaian, makanan, perabot rumah, perawatan kesehatan, pendidikan dan produk lain. Anak di dalam keluarga dapat menyebabkan menurunnya permintaan akan produk lain, seperti perjalanan, restoran, pakaian orang dewasa, dan banyak barang yang bebas pilih.

Ø  KELUARGA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN

Di dalam pengambilan keputusan terdapat peran – peran tertentu yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga. Peranan anggota keluarga dalam pengambilan keputusan pembelian antara lain :

1.       Penjaga pintu (gatekeepers)
Perannya adalah mengatur dan mengendalikan informasi yang  akan masuk ke keluarga. Yang berperan sebagai penjaga pintu ini berperan untuk  menerima, meneruskan atau menolak/menghentikan informasi yang akan disampaikan kepada anggota keluarga.
Contoh :
Pada proses pembelian laptop, saya mempunyai seorang kakak yang kuliah di perguruan tinggi. Dia akan lebih mengetahui mana laptop yang bagus spesifikasinya dan mana yang tidak. Sehingga kakak akan berperan sebagai penjaga pintu (gatekeepers) untuk informasi mana yang harus diteruskan, diterima atau ditolak kakak sebelum disampaikan kepada keluarga mengenai informasi laptop tersebut.

2.       Pemberian Pengaruh (influencer)
Peranannya adalah memberi pengaruh kepada anggota keluarga lain untuk mengambil keputusan. Pemberi pengaruh akan mengevaluasi alternatif – alternatif yang tersedia. Pemberi pengaruh mempunyai peran penting dalam mempengaruhi pengambilan keputusan pemelihan, penggunaan atau penghentian suatu produk atau jasa.
Contoh :
Adik saya ingin membeli handphone yang canggih seperti Android, maka saya sebagai kakak akan menyarankan untuk mencari – cari informasi mengenai spesifikasi dan harga handphone Android. Karena saya memakai handphone Samsung, maka saya juga akan memberikan pengetahuan kepada adik saya mengenai handphone Samsung. Sehingga, adik saya tertarik untuk membeli handphone Samsung. Disini saya sebagai kakak berperan sebagai influencer / pemberi pengaruh terhadap keputusan pembelian adik saya.

3.       Pengambilan Keputusan (decision maker)
Peranannya adalah memutuskan produk /jasa yang akan dibeli. Di dalam keluarga peran ini bisa diperankan oleh suami atau istri atau anak tergantung dari produk yang dibeli dan kondisi dominasi pengambilan keputusan dalam keluarga.
Contoh :
Suatu keluarga ingin membeli sebuah mobil, karena yang lebih mengetahui mengenai mobil adalah ayah, maka yang berperan sebagai pengambilan keputusan disini adalah ayah. Jika mobil Honda CRV mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan keluarga, maka ayah akan mengambil keputusan untuk membeli mobil tersebut.

4.       Pembeli (buyer)
Peranannya adalah membeli atau melakukan transaksi atas barang atas jasa.
Contoh :
Jika suatu keluarga ingin membeli kulkas, maka yang berperan sebagai pembeli disini adalah ibu. Karena ibu akan lebih mengetahui mana kulkas yang bagus dan tidak.

5.       Penyiap (Preparer/installer)
Perannya menyimpan segala sesuatunya sehingga produk atau jasa siap digunakan/dikonumsi.
Contoh :
Di keluarga saya sangat senang dengan makan es krim, maka ibu akan membeli es krim dan menyimpannya hingga pada saat kami berkumpul maka ibu akan menyajikan es krim tersebut sebagai cemilan untuk keluarga kami.

6.       Pengguna (user)
Perannya memakai produk atau menggunakan produk/jasa yang dibeli.
Contoh :
Suatu keluarga membeli peralatan memasak, yang berperan sebagai pengguna dari peralatan memasak disini adalah ibu. Karena ibu yang setiap harinya memasak dan menggunakan peralatan memasak tersebut.

7.       Pemeliharaan (Maintainer)
Peranannya adalah merawat daan melakukan usaha yang memungkinkan produk atau jasa dapat digunakan dan dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan jangka waktunya.
Contoh :
Jika di suatu keluarga mempunyai mobil, maka ayah akan berperan sebagai maintainer, yaitu dengan cara menservice setiap bulannya, membawa ke bengkel, mencuci mobil, dsb. Hal ini akan ayah lakukan untuk merawat mobilnya agar tetap aman dan nyaman pada saat digunakan.

8.       Pembuang (Disposer)
Peranannya adalah berinisiatif menghentikan atau tidak melanjutkan penggunaan produk atau jasa yang digunakan.
Contoh :
Ibu saya biasanya menggunakan produk MSG seperti Royco / Masako untuk menyedapkan makanan. Karena saya mengetahui bahwa produk MSG itu tidak baik untuk kesehatan, maka saya akan meminta ibu untuk menghentikan penggunaan produk MSG lagi. Hal ini saya lakukan karena saya mencintai keluarga saya dan saya peduli terhadap kesehatan keluarga saya. Sehingga dalam hal ini saya berperan sebagai pembuang (disposer).

9.       Pencetus (Initiator)
Yaitu anggota keluarga yang mempunyai ide atau gagasan untuk memilih dan membeli.
Contoh :
Seorang anak ingin dibelikan biscuit oleh ibunya. Kakaknya yang ikut mencoba memakan biscuit itu dan akhirnya menyukainya, maka sang kakak menyarankan ibunya untuk membeli biscuit untuk dikonsumsi keluarganya setiap hari. Dalam hal ini sang adik berperan sebagai pencetus (initiator).

10.   Organizer (pengatur)
Peranannya adalah mengatur apakah produk tersebut bisa dimulai dipakai, dibuang atau dihentikan.
Contoh :
Pada pemakaian produk popok bayi (diapers). Maka seorang ibu akan mengatur kapan ia akan menggunakan popok bayi pada anaknya, misalnya pada saat berumur 1 bulan – 3 tahun atau pada saat bepergian jauh. Selain itu, seorang ibu juga akan membuangnya apabila popok bayi yang digunakan sudah penuh pada saat dipakai anaknya. Dan seorang ibu akan menghentikan penggunaan produk popok bayi tersebut jika terjadi iritasi pada anaknya ataupun jika anaknya sudah cukup umur untuk tidak menggunakan popok bayi lagi.

Source :


Monday, January 4, 2016

TULISAN 3 - TUNTUTAN UPAH BURUH

Upah Minimum di Jakarta Idealnya Rp 7 Juta per Bulan


Liputan6.com, Jakarta - Presiden Asosiasi Serikat Pekerja (ASPEK) Indonesia, Mirah Sumirat menilai upah minimum buruh di Jakarta seharusnya sudah di kisaran Rp 5 juta sampai Rp 7 Juta per bulan. Kebutuhan hidup yang semakin ‎tinggi di Ibukota menjadi alasan lembaga ini dalam perhitungan upah buruh. 

Mirah mengatakan,‎ kisaran upah yang seharusnya diterima buruh tersebut didasarkan pada gaji supir busway. Mereka, lanjutnya, menerima penghasilan Rp 7 juta sebulan. Alasan lain, berdasarkan  kebutuhan hidup di Jakarta sebagai kota metropolitan yang kian melambung. 
"Jadi sangat aneh jika upah minimum di Jakarta masih di bawah Rp 3 jutaan," cetus dia dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu (14/6/2015). 

Mirah berpendapat, dengan gaji Rp 3 juta per bulan di Jakarta, para buruh tidak mendapatkan kehidupan yang layak mengingat biaya sewa rumah, transportasi, pangan sangat mahal di Ibukota.
Untuk itu, dia mendesak Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama atau Ahok serius menaikkan gaji buruh di Jakarta secara layak di angka Rp 7 juta per bulan.

"Ahok jangan koar-koar saja, mengklaim pro buruh dan wong cilik tapi gaji buruh Jakarta  lebih rendah di bawah gaji buruh di Kerawang dan Bekasi," tegasnya. 
Sementara Anggota Dewan Pengupahan DKI Jakarta Aryana Satria menyatakan, kenaikan upah minimum di Jakarta setidaknya perlu naik sekira 20 persen. "Pertimbangannya ada inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Jakarta yang lebih tinggi dari Bekasi dan Karawang, namun upah di DKI lebih rendah," saran dia. 

Di sisi lain, Sekertaris Jenderal Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menargetkan kenaikan upah tahun depan naik 30 persen secara nasional. Hal ini untuk mengejar ketertinggalan dari negara tetangga yang upahnya sudah mencapai angka Rp 3,5 jutaan.

"Pemerintah juga wajib merevisi kuantitas item KHL dari 60 item menjadi 84 item dan revisi item rumah, transportasi, listrik, daging, pendidikan dan rekreasi. Karena enggak realistis lah bila kebutuhan rekreasi di Jakarta hanya diitung Rp 1.900 per bulan. Termasuk kebutuhan daging hanya dihitung Rp 50 ribu rupiah per bulan," papar dia.  

Rusdi menegaskan, KSPI akan kembali bergerak secara totalitas di seluruh daerah untuk memperjuangkan kenaikan upah sebesar 30 persen dan menuntut revisi KHL dari 60 menjadi 84 item serta menolak kenaikan upah 2 tahun atau 5 tahun sekali paska lebaran. (Fik/Ndw)


Tulisan di atas merupakan salah satu berita mengenai permintaan kenaikan upah buruh khususnya di wilayah ibu kota Jakarta. Menanggapi tulisan di atas dapat diketahui buruh meminta kenaikan upah dari UMK Rp. 3 Juta menjadi Rp. 7 Juta.

Menurut saya nilai tersebut tidak realistis karena kenaikannya terlalu besar. Hal tersebut akan diikuti oleh kenaikan harga-harga barang kebutuhan ekonomi. Mengapa terjadi peningkatan harga? karena biaya operasional pabrik meningkat yang berdampak pada harga pokok penjualan produk yang dihasilkan. Jika harga barang kebutuhan ekonomi naik, yang akan menerima dampaknya adalah buruh juga. Dan menurut saya para buruh juga harus meningkatkan kemampuan mereka agar bisa lebih dihargai lagi. Jika ingin upah yang tinggi sebaiknya diikuti juga dengan pendidikan dan kemampuan yang mumpuni.

Namun di sisi lain kesejahteraan buruh juga sangat perlu diperhatikan karena antara buruh dan perusahaan telah terjalin hubungan yang saling menguntungkan. Buruh membutuhkan perusahaan sebagai tempat mereka mencari penghasilan, begitu pula perusahaan membutuhkan buruh sebagai tenaga kerjanya.


 
girl's zone- Blogger Template by Ipietoon Blogger Template